benarngak.com – India kembali memecahkan rekor kasus COVID-19 dalam sehari pada Minggu (25/4), menjadikanya rekor puncak untuk hari kelima berturut-turut.
Dilansir ANTARA, innfeksi COVID-19 naik 352.991 dalam sehari, bersamaan dengan penuhnya rumah sakit di Delhi.
Pada Minggu (25/4), Perdana Menteri Narendra Modi mendesak seluruh warga agar divaksin dan waspada. Ia mengumumkan bahwa tsunami COVID-19 telah mengguncang negara tersebut.
Rumah sakit dan dokter mengeluarkan pemberitahuan mendesak bahwa mereka tidak mampu menangani pasien yang membludak.
India, dengan 1,3 miliar penduduk, mencatat 17,31 juta infeksi dan 195.123 kematian COVID-19, termasuk 2.812 kematian baru, menurut data Kementerian Kesehatan.
Para pakar kesehatan berpendapat bahwa angka kematian COVID-19 kemungkinan jauh lebih tinggi. Lalu, apa kemungkinan penyebabnya?
Melansir BBC, ada dua kemungkinan penyebab mengapa India mengalami peningkatan kasus yang sangat drastis.
Pertama, dilangsungkannya festival Kumbh pada pekan lalu. Festival ini dilakukan dengan masyarakat mandi bersama-sama di sungai Gangga, situs suci bagi umat Hindu India.
Kritik sudah datang sebelum festival dilakukan, di mana India sudah mengalami kenaikan kasus. Namun dilakukannya festival ini disebut sebagai katalis utama membludaknya kasus COVID-19.
“Tidak ada jaga jarak. Orang berendam sangat dekat, saling bersentuhan pipi. Setelah itu mereka berfoto selfie tanpa masker,” ujar Ujwal Puri, salah satu orang yang datang ke festival tersebut dengan masker dan hand sanitizer.
Penyebab kedua adalah munculnya dua mutasi baru pada varian virus Corona di India. Pakar meyakini dua mutasi E484Q dan L452R ditemukan pada varian B1617.
Mutasi virus Corona dipercaya bisa membuat seseorang lebih cepat terinfeksi virus Corona.
Hal ini membuat risiko seseorang yang sudah pernah terinfeksi bisa kembali lagi sakit dengan keadaan yang lebih parah.
Meski begitu, pemerintah India menyangkal bahwa mutasi ini adalah penyebab meningkatnya kasus.
“Adanya mutasi ganda pada varian yang ditemukan di India memang benar, tapi ini tidak ditemukan pada orang-orang yang terinfeksi saat ini,” tulis Kementerian Kesehatan dalam keterangannya.
sumber : Suara.com