REKAMAN percakapan yang diklaim berasal dari kokpit pesawat Sriwijaya Air SJ182 beredar di media sosial sejak pertengahan Januari. Di awal-awal rekaman terdengar percakapan tentang kondisi penerbangan. Namun, di akhir rekaman terdengar teriakan dan suara ledakan.
”Ngeri: suara pilot Sriwijaya Air,” tulis akun M. AI pada 17 Januari 2021. Akun tersebut menyebar ulang posting-an pengelola kanal YouTube milik Gaming. Rekaman suara berdurasi 4 menit 42 detik itu juga disertai gambar pesawat Sriwijaya Air dengan keterangan waktu Sabtu, 9 Januari 2021 (bit.do/RekamanPilot).
Jika mengikuti perkembangan pemberitaan tentang musibah jatuhnya Sriwijaya Air SJ182 di Kepulauan Seribu, informasi itu jelas aneh. Sebab, hingga kini tim SAR gabungan baru menemukan FDR (flight data recorder). Mereka belum menemukan bagian black box lainnya yang merekam percakapan antara pilot dan kopilot atau cockpit voice recorder (CVR).
Mengutip berita jawapos.com yang diunggah pada 19 Januari 2021, Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo belum bisa memublikasikan data dari FDR. Dia justru berharap CVR segera ditemukan untuk mendukung data-data yang sudah diperoleh dari FDR. Anda dapat membacanya di bit.do/BaruFDR.
Jejak digital rekaman suara pilot dan kopilot itu ternyata pernah beredar di media sosial pada 2008. Ada yang menyebutkan bahwa rekaman percakapan tersebut berasal dari kokpit pesawat Adam Air 574 yang jatuh di perairan Majene, Sulawesi Barat, pada 2007. Pada 2018, rekaman suara itu beredar lagi setelah terjadi kecelakaan pesawat Lion Air JT610 rute Jakarta–Pangkalpinang.
Pada 2008, Kementerian Perhubungan melalui situsnya, dephub.go.id, sudah menyatakan bahwa diduga rekaman percakapan pilot Adam Air tersebut merupakan hasil modifikasi dan berbeda dengan rekaman asli. Ketua KNKT saat itu Tatang Kurniadi menjelaskan bahwa pembacaan kotak hitam pesawat yang jatuh di perairan Majene itu dilakukan di Amerika. Sebab, Indonesia belum memiliki laboratorium untuk membacanya.
”Rekaman orisinal dari kotak hitam hingga saat ini berada di Washington, Amerika. Indonesia mendapat satu salinan dalam bentuk pita dan tiga salinan dalam bentuk CD,” ujarnya ketika itu.
Selain itu, rekaman pada black box hilang ketika pesawat berada di ketinggian 9.920 kaki. Jadi, mustahil terdengar suara dentuman sebagaimana yang terdengar dalam rekaman yang beredar. Anda dapat membaca penjelasan yang terbit pada 3 Desember 2008 tersebut di bit.do/HasilModifikasi.