[HOAKS] Informasi Singkatan Covid-19 dan Implan Barcode
hoaks!
Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com – Kembali beredar akronim keliru mengenai Covid-19. Covid-19 disebut merupakan kependekan dari Certification of Vaccination Identification 2019.
Sertifikat itu merupakan berbentuk kode batang (barcode) yang diimplankan di bagian tertentu di tubuh manusia. Manusia yang tidak memiliki barcode tidak bisa masuk ke area publik.
Narasi itu sepenuhnya salah.
Badan kesehatan dunia WHO mengatakan, Covid-19 merujuk pada Corona Virus Disease atau penyakit yang disebabkan virus corona.
Sementara, narasi bahwa Covid-19 adalah barcode yang diimplankan di tubuh manusia, sama dengan narasi penanaman mikrochip, tidak berdasar.
Narasi yang Beredar
Akun Facebook Amir Hasanudin pada 20 November 2020 mengedarkan status mengenai akronim dari Covid-19. Covid-19 adalah Certification of Vaccination Identification 2019.
Dia juga mengklaim bahwa sertifikat tersebut berbentuk barcode layaknya barcode di barang yang diimplankan di bagian tertentu tubuh manusia.
Nantinya, orang yang tidak memiliki barcode di tubuhnya tidak bisa masuk ke tempat belajar, pelayanan umum, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Berikut nukilan statusnya:
“COVID-19 adlh,
C – Certification
O – Of
V – Vaccination
ID – IDentification
19 – 2019
Artinya adlh,
Sertifikat sbg tanda bukti telah divaksin,
Yakni berbentuk Bar Code, spt yg tertera pada barang2 yg dijual di swalayan yg jumlahnya ada 13 bar.
Mereka mengatakan covid adlh corona virus,
Namun nyatanya adlh Barcode, yakni barcode yg akan diimplankan di bagian tertentu pd tubuh manusia, spt jidad, leher, ataupun lengan yg menunjukkan orang tsb sdh divaksin.
Dan program pemasangan barcode itu dieksekusi pelaksanaannya pd akhir 2019, di kota Wuhan, RRC
Setiap orang pny barcode sendiri2,
Layaknya barang, jika tdk ada barcodenya, barang tsb tdk bisa masuk swalayan,
Maka nanti, orang yg tdk memiliki tanda barcode pd tubuhnya, mereka tdk bisa masuk ke dlm tempat perbelanjaan, pelayanan umum, pelayanan kesehatan, pendidikan, transportasi, dll“
Akun Facebook Qidjwini Qorni pada 22 November 2020 juga mengunggah klaim yang sama.