Jakarta – Artikel kali ini kita akan membahas seputar gas air mata. Akhir-akhir ini tentu dong kalian udah sering dengar yang namanya gas air mata. Tau gak sih apa gas air mata itu?
Yap, Gas air mata atau yang kerap disebut CS dengan rumus kimia 2-Clorobenzalden Malononitril merupakan salah satu senjata kimia yang sering sekali digunakan untuk melawan musuh, menghadapi hewan berbahaya, atau pun melawan penjahat dalam keadaan berbahaya.
Gas air mata memiliki panjang hanya sekitar 10 Cm atau sebesar ukuran telapak tangan orang dewasa. Biasanyan gas air mata berbentuk seperti peluru dan ditembakkan melalui pistol pelontar.
Setelah ditembakkan dan jatuh, gas air mata akan mengeluarkan asap tebal berwarna putih dan jika manusia yang terkena asap ini secara langsung maka organ tubuh seperti mata, hidung, dan mulut akan langsung bereaksi.
Berikut adalah struktur kimia dari 2-Clorobenzalden Malononitril.
Umumnya kandungan utama gas air mata adalah CN (chloroacetophenone) atau CS (chlorobenzylidenemalononitrile) dan membutuhkan proses kimia yang rumit untuk menghasilkan.
Namun, gas air mata juga dapat dibuat menggunakan bahan Oleoresin Capsicum (OC) yang biasanya terdapat pada paprika merah dan hijau sebagai bahan utamanya.
Senyawa lain yang digunakan atau disarankan untuk digunakan adalah bromoacetone, benzyl bromide, ethyl bromoacetate, xylyl bromide, dan α-bromobenzyl cyanide.
Sedangkan kandungan gas air mata yang digunakan pada perang “Battle of the Frontiers” yang dilansir dari laman situs Encyclopedia Britannica mengatakan bahan utama dalam gas air mata adalah halogen sintetis, cairan yang bisa ditembakkan lewat beberapa senjata seperti granat dan spray.
Jadi readers, gas air mata yang umum digunakan adalah oleoresin capsicum (semprotan merica) dimana semprotan merica OC belakangan ini menjadi semakin populer setelah menggantikan kedua bahan CN dan CS untuk penggunaan sipil, kemudian benzoxazepine (gas CR), dan chloroacetophenone (gas CN).
Bentuk gas air mata yang paling sering digunakan adalah 2-chlorobenzalmonolonitrile (gas CS) yang pertama kali ditemukan oleh dua ilmuwan Amerika Serikat di tahun 1928.
Readers, efek dari gas air mata ini pastinya berhubungan dengan konsentrasi senyawa dan durasi paparan. Jadi, konsentrasi yang tinggi dalam waktu singkat lebih berbahaya dari konsentrasi yang rendah dalam waktu yang lama. Ambang batas iritasi yang paling besar untuk CN (1.0 mg m3 ), diikuti oleh CS (0,004 mg m3 ) dan OC (0,002 mg m3 ).
Mata dan sistem pernafasan adalah target utama paparan gas air mata, dengan timbulnya iritasi mata dan saluran pernapasan yang terjadi kurang lebih dalam 20–60 detik.
Gejala mata termasuk nyeri, blepharospasm (kondisi dimana kelopak mata berkedip), fotofobia , konjungtivitis (mata merah akibat peradangan), dan injeksi scleral, edema periorbital (mata berkantung), eritema kelopak mata dan lakrimasi (menghasilkan air mata).
Beberapa ahli berpendapat bahwa kandungan dalam gas air mata yang mungkin berkontribusi pada lecet kornea. Pada pernafasan, setelah terhirup maka efeknya bisa berupa perih atau sensasi terbakar di hidung, sesak dan nyeri di dada, perih tenggorokan, sesak napas, batuk, bersin dan kesulitan bernapas.
Air liur yang terkontaminasi dan tertelan dapat menyebabkan ketidaknyamanan epigastrium (rasa sakit di ulu hati), mual, muntah dan atau diare.
Efek tidak menyenangkan sebagian besar efek iritan biasanya sembuh dalam 10-30 menit jika pasien segera diamankan di tempat terbuka. Namun, beberapa efek khususnya efek pernapasan seperti batuk dan gangguan fungsi pernapasan dapat bertahan untuk waktu yang lebih lama dalam beberapa situasi.
Ketajaman visual biasanya kembali normal cepat sementara eritema pada tepi kelopak mata dan fotofobia mungkin terjadi bertahan lebih lama. Rhinorrhoea (hidung berair) dan air liur mungkin terjadi selama 12 jam, dan sakit kepala bisa berlangsung hingga 24 jam.
Eritema dermal (kemerahan pada kulit) umumnya mereda dalam waktu 45–60 menit, efek seperti kulit melepuh dan dermatitis kontak iritan biasanya disembuhkan dengan mengeringkan daerah yang melepuh dalam waktu 4 hari. Gejala jangka panjang setelah paparan agen ini jarang terjadi.
Lalu bagaimana pertolongan untuk yang terkena paparan gas air mata?
Penanganan untuk paparan pada mata awalnya harus dihilangkan kontaminasinya terlebih dahulu readers. Membilas mata dengan air atau garam selama 10-20 menit adalah perawatan awal yang paling sering direkomendasikan untuk mendekontaminasi mata.
pembilasan dengan saline (larutan garam) normal sangat berefek besar untuk perbaikan gejala. Berdasarkan review literatur ini, pembilasan dengan garam atau air selama 15-20 menit akan menjadi prosedur awal yang untuk setiap paparan CN atau CS. Tapi jangan lupa readers, lensa kontak harus dilepas sebelum dibilas.
Pertolongan untuk paparan saluran pernafasan, gejala pada pernafasan biasanya mayoritas ringan dan seharusnya membaik dengan penghentian paparan dan membawanya ke udara segar.
Konsentrasi tinggi (seperti paparan di ruang terbatas) atau periode paparan yang lama dapat menyebabkan gejala pada pernafasan yang cukup signifikan.
Pemantauan dan dukungan fungsi pernapasan penting bagi pasien bergejala. Kegagalan pernapasan mungkin jarang terjadi namun, dapat terjadi akibat spasme laring yang menghambat jalan nafas sehingga ventilasi bantuan mungkin diperlukan.
Dapat terjadi eksaserbasi asma, emfisema(kerusakan alveolus) atau bronchitis pada mereka yang memiliki kondisi tersebut sebelumnya, ataupun bisa juga tidak. Hanya saja, asma bisa terjadi karena alergi akibat menanggapi agen.
Pertolongan untuk paparan kulit, kulit juga bisa menjadi target paparan gas air mata readers. Paparan pada kulit harus didekontaminasi secara menyeluruh dengan air mengalir dan sabun untuk menghilangkan kontaminasi dan menenangkan sensasi terbakar. Wajah juga harus dibersihkan dari partikel-partikel sebelum disabun.
Sebagian telah menggunakan minyak nabati , meskipun bukti lebih lanjut masih diperlukan sebelum menganjurkan penggunaannya. Luka bakar kimiawi yang timbul juga harus dirawat dengan cara yang sama seperti luka bakar termal.
Pertolongan untuk paparan saluran pencernaan, gejala gastrointestinal (gangguan saluran pencernaan) ini tidak umum, namun bisa saja terjadi muntah, mual dan muntah karena efek iritan.
Beberapa orang yang sangat sensitif dengan efeknya akan mungkin lebih mudah muntah. Apabila air liur yang telah terkontamisani tertelan, juga dapat menyebabkan muntah dan diare.
Biasanya gejala gastrointestinal keseluruhan sembuh secara spontan, dan pengobatan spesifik lebih lanjut tidak dibutuhkan. Namun, jika muntah atau diare terus berlanjut atau parah, ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan elektrolit, asidosis (penumpukan asam dalam darah), syok, kejang, obtundasi (penurunan kesadaran) dan hipokal- aemia (kadar kalium yang rendah dalam darah). Dalam situasi ini, pasien mungkin memerlukan perawatan penggantian elektrolit.