Benarngak.com – Nasib ngenes dialami 5 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Ponorogo. Kelima sekolah tersebut tak dapat murid baru.
5 SDN di Ponorogo yang tak dapat murid baru itu ialah SDN 2 Munggu; SDN Jalen; SDN 3 Babadan; SDN 1 Duri, Slahung; dan SDN 2 Tegalombo.
Lalu, apa faktor kelima SDN itu tak dapat murid baru? Apakah selama ini tidak ada usaha untuk mendapatkan murid baru?
6 Fakta Ngenes Beberapa SDN di Ponorogo Tak Dapat Murid Baru
1. Banyak orang tua memilih menyekolahkan anak ke MI daripada SDN
Salah satu penyebab SDN di Ponorogo kesulitan cari murid baru karena para orang tua memilih menyekolahkan anaknya ke Madrasar Ibtidaiyah (MI). Gayuh Wicaksono, seorang wali murid mengatakan, dia lebih memilih menyekolahkan anaknya ke MI ketimbang SD. Alasannya, karena ingin memperkuat pondasi agama sejak dini.
“Kalau saya lebih memilih ke MI daripada SD karena untuk pondasi agama, sekarang kalau di SD juga tidak ada temannya. Rata-rata lingkungan sini selain ke sekolah MI juga banyak sekolah yang berbasis agama dan full day,” kata Gayuh kepada detikJatim, Senin (17/7/2023).
2. Sekolah sudah mencoba melakukan berbagai promosi
Kepala Sekolah SDN Jalen Dedy Adi Nugroho mengatakan, berbagai upaya sudah dilakukan para guru sebelum Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Banner PPDB sudah dipasang di depan sekolah. Bahkan, guru-guru juga mendatangi para calon wali murid.
“Banyak yang kita lakukan, sebelum PPDB sudah ke rumah calon wali murid dengan memberikan seragam gratis, serta tabungan senilai Rp 100 ribu untuk membeli buku pendamping seperti LKS, juga siap memberikan uang transportasi Rp 150 ribu per bulan untuk anak yang sekolah di sini. Uang tersebut diambilkan dari sumbangan para guru di sini,” ujar Dedy.
3. Sejak 5 tahun terakhir jumlah murid baru semakin menurun
Sejak 5 tahun terakhir, murid baru yang mendaftar di SDN Jalen makin menurun. Di tahun ajaran lalu, SDN Jalen hanya mendapat 1 siswa, tahun ini tidak mendapat murid. Dengan rincian, kelas 1 kosong, kelas 2 ada 1, kelas 3 ada 3, kelas 4 ada 5, kelas 5 ada 5, kelas 6 ada 10, total 24 siswa.
Hingga akhir PPDB tahun ini, tetap saja tidak ada wali murid yang mendaftarkan anaknya. Dedy menambahkan, sebenarnya sekolahnya mendapat 2 orang pendaftar. Namun, keduanya mundur karena takut anaknya tidak ada teman di sekolah.
“Misalnya saja kalau ada 5 siswa, mereka mau masuk. Tapi kalau cuma dua anak dengan berat hati saya suruh cari sekolah lain,” terang Dedy.
4. Dinas pendidikan sebut sekolah tak dapat murid karena program KB yang sukses
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo Nurhadi Hanuri beralasan, tidak adanya murid baru di 5 SDN itu lantaran program Keluarga Berencana (KB) yang sukses. Sehingga, makin sedikit orang tua yang punya anak.
“Ini menunjukkan tanda KB sukses,” tutur Nurhadi.
5. Dinas pendidikan tuntut sekolah berinovasi
Nurhadi menambahkan perlu adanya inovasi program agar menarik minat masyarakat terutama calon wali murid untuk menyekolahkan anaknya ke SD Negeri.
“Perlu adanya inovasi dari kepala sekolah untuk bisa menarik simpati masyarakat di mana dia harus mampu menyusun program unggulan, sehingga tingkat kepercayaan masyarakat ada,” tandas Nurhadi.
Disinggung soal regrouping, Nurhadi mengaku masih menganalisis kembali perkembangan sekolah tersebut baik secara regional maupun kondisi riil di masyarakat.
“Sekarang kan hak masyarakat mau belajar di mana saja tanpa perlu memilah negeri atau swasta,” terang Nurhadi.
6. Sekolah juga diminta perkuat karakter anak
Dinas Pendidikan juga sudah melakukan berbagai pelatihan untuk kepala sekolah dan guru. Setelah diberi pelatihan, para guru diharapkan bisa membentuk karakter para murid.
“Kita juga mendorong untuk penguatan karakter yang diharapkan lebih bagus lagi,” papar Nurhadi.
Menurut Nurhadi, penguatan karakter penting sehingga anak didik selain pintar dalam masalah akademik, juga pintar masalah agama, budaya dan seni. Apalagi dengan perkembangan teknologi saat ini, harus dibekali dengan pendidikan karakter yang kuat.
“Sebenarnya tidak ada penurunan, hanya saja suksesnya KB dan juga suksesnya lembaga lain, misal ke sekolah berbasis agama baik negeri maupun swasta, mampu menyerap murid,” tukas Nurhadi.
Baca Juga: 5 Fakta LRT Jabodebek yang Akan Diuji Coba 12 Juli 2023