Benarngak.com – Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung kembali menimbulkan sorotan. Kali ini perihal tambahan utang yang bakal ditarik PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dari China untuk meneruskan proyek tersebut.
KCIC bakal meminjam Rp 8 triliun dari China Development Bank (CDB) untuk menambah modal dalam menyelesaikan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Rencana ini direspons oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bagaimana cerita lengkapnya?
Fakta RI Tambah Utang China buat Kereta Cepat Jakarta-Bandung:
1. Jokowi Buka Suara
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti langkah penambahan utang yang dilakukan KCIC untuk menyelesaikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Menurutnya, pemerintah akan mendukung transportasi massal, termasuk langkah apapun agar Kereta Cepat Jakarta-Bandung bisa beroperasi.
Malah menurutnya, seharusnya transportasi umum seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung, MRT, LRT, dan sebagainya menjadi keharusan untuk dibangun di kota-kota besar.
“Kita ini harus pro pada transportasi massal, jangan pro kendaraan pribadi. Mumpung ini di IIMS. Pro transportasi massal namanya LRT, MRT, kereta api dan kereta api cepat itu menjadi keharusan bagi kota-kota besar,” ungkap Jokowi di sela-sela IIMS 2023 di JI Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (16/2/2023).
2. Tambah Utang Gara-gara Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak
Tambahan utang ke China dilakukan KCIC untuk menambal sebagian bengkak proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Pembengkakan biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung baru disepakati US$ 1,2 miliar atau Rp 18 triliunan.
Jumlah itu, lebih besar daripada hitungan China sebelumnya, namun sedikit lebih kecil dari hitungan Indonesia lewat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Pembiayaan bengkak biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan ditutup dengan cara menyetor ekuitas tambahan dari konsorsium KCIC. Sisanya, biaya bengkak dipenuhi dari kredit yang didapat dari CDB, maka dari itu Indonesia harus menambah utang lagi ke China.
Menurut perhitungan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo kemungkinan tambahan utang yang dilakukan ke CDB mencapai US$ 550 juta atau Rp 8,5 triliun. Angka itu didapatkan dari porsi pinjaman sebesar 75% dari total biaya bengkak US$ 1,2 miliar.
Dari besaran 75% itu, dibagi lagi porsi Indonesia sebesar 60% sementara China 40%. Dari situ lah angka pinjaman sebesar US$ 550 juta yang diungkapkan Kartika didapatkan.
“Porsi loan itu sekitar US$ 550 juta. Peminjamannya sedang kita ajukan ke CDB,” ungkap pria yang akrab disapa Tiko itu di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Senin (13/2/2023).
3. Pernah Disuntik PMN
Nah selain menambah utang. Pemenuhan biaya bengkak kereta cepat dilakukan dengan cara melakukan setoran ekuitas ke KCIC. Nominalnya 25% dari total biaya bengkak US$ 1,2 miliar.
Pemerintah sudah menyuntikkan penyertaan modal negara (PMN) Rp 3,2 triliun ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI untuk memenuhi porsi ekuitas konsorsium Indonesia di KCIC.
KAI merupakan pemegang saham terbesar konsorsium Indonesia di KCIC,. Perusahaan kereta api itu bisa dibilang memimpin konsorsium Indonesia di KCIC.
Baca Juga: Kominfo BU Ajak Pelajar Bijak Gunakan Media Sosial